Rabu, 23 September 2015

cerpen pengalaman "your promise is my hope"



Your promise is my hope
(cerpen pengalaman)

Jika janji diucapkan hanya untuk membuat sebuah harapan tak berujung, lalu apa gunanya? Apa gunanya saling kepercayaan jika didalam sebuah hubungan masih selalu ada tangisan?

Ventika, namaku. Aku ingin bertanya kepada kalian yang sudah pernah mengalami banyak pengalaman remaja. Apa semua harapan akan jatuh kepada kesakitan dan tangisan? Jika iya, aku lebih memilih tidak pernah berharap dan memilih untuk diam jika itu akan menjadi lebih baik.
Dulu, sebuah pertemanan yang sangat indah, bahkan duduk pun saling berbagi bangku satu sama lain. Aku rindu masa-masa itu, dimana aku duduk dikelas dua menengah pertama. Tapi, kini semua berubah, berawal dari cinta yang tak disengaja dan berakhir pada sebuah harapan.
Key, dia harapanku.
**
Berawal dari masalah kecil, karena aku yang menyukainya. Kemudian menjadi sebuah...
**
Senja sudah mulai nampak, tapi itu tak menghentikan aktivitas kami saat ini. Di aula sekolah menengah pertama.
“key! Kemari,” shelline memanggil key, dan key menemuinya. “kau berbaris disini, ya” lanjutnya. Ia beralih mengedarkan pandangannya, seperti mencari sesuatu. Shelline, dialah anak yang paling sibuk diantara kami untuk mengatur formasi pementasan ujian praktik seni budaya besok pagi.
Pandangannya terhenti padaku, “ventika, kemari” dia memanggilku. Aku menghampirinya.
“kau disebelah key, ya” aku mematung. Menghentikan langkahku ditengah-tengah aula. Yang benar saja? Apa kau pernah mendengar istilah perang dingin? Yup! Aku sedang mengalaminya sekarang. Dan itu, dengan key.
“tidak mau, shell” aku tersenyum miris  saat mendengar key menolak ucapan shelline.
“jangan dipaksa, biar aku yang pindah” aku hendak berbalik, tapi shellina menahanku.
“jangan vent” shella menggenggam tanganku, aku hendak menolak tapi ia malah berteriak kepada key. “key, berhenti keras kepala! Aku hanya memintamu untuk berbaris didekatnya! Apa susahnya?!” aku tau, ia melakukan ini supaya aku bisa akrab lagi dengan key.
Aku mengernyit saat merasakan ada yang sakit didalam diriku. Aku melihat key pergi. Sebenci itukah kau padaku? Serendah itukah aku dimatamu? Dalam hatiku, aku ingin menahannya dan mengatakan ‘jangan pergi, tetaplah disini. Aku hanya ingin kita akrab seperti dulu lagi. Tidak lebih’ tapi, lidahku kelu. Kini ia sudah tak menganggapku teman lagi. Bahkan mengenalku pun, kurasa cukup mustahil.
Aku terus menunduk ketika merasa seolah beribu ton balok menindih tengkuk dan kepalaku supaya tak memamerkan bendungan bening dipelupuk mataku.
**
...kebencian. aku tidak peernah meminta ini untuk terjadi, senua muncul begitu saja dalam hidupku. Hingga waktu terus berjalan dan merubah kebencian itu menjadi...
**
Lamunanku terpecah saat ponselku bergetar, tanda ada sebuah pesan masuk. Aku menyunggingkan senyumku saat melihat nama pengirim pesan itu-key.
“vent~^^”
Aku mengetik beberapa k-pad dan menghasilkan balasan darinya.
“aku ingin bicara sesuatu denganmu”
Senyum yang sedari tadi kukulum, perlahan lenyap. Berbicara sesuatu? ‘tumben’ pikirku.
‘bicara apa?” setelah membalas pesan darinya, aku kembali berkutat dengan novelku.
Drrttt... drrttt..
Ponselku kembali bergetar.
aku ingin bertanya, apa kau masih mencintaiku?”
Deg!! Aku meringis kecil saat merasakan ada yang berdetak diatas normal dari diriku. Ini terlalu mengejutkan untuk dijadikan sebuah kejutan. Dan ini tidak lucu.
Aku membenci diriku didetik-detik seperti ini. Kenapa tubuhku selalu bereaksi seperti ini jika mendapat singgungan tentang perasaan? Aku menghapus kasar air mataku. Aku ingin sembuh dari phobia ini. Phobia laki-laki.
Aku tersenyum miris. Key! Kau itu bodoh atau apa? Kenapa baru sekarang kau meresponku? Kenapa setelah sekian jauhnya  aku berjalan, kau baru menghentikanku? Saat dulu aku menyayangimu, kemana saja rohmu?! Kenapa kau baru sadar sekarang?!
Sekelebat ingatan terlintas, saat dia memperlakukanku layaknya bukan teman. Kejadian di aula itu, dua tahun yang lalu, membuatku kembali mengernyit.
Drrttt... drrttt...
Ponselku bergetar lagi. Aku mengambil udara banyak-banyak dan menghembuskannya. “aku tidak tau” kukirim balasanku. Mungkin ini terlihat bodoh atau idiot. Tapi siapa peduli?
“aku bertanya, apa kau masih menyukaiku?”
Aku menggigit bibir bawahku. Aku menatap tembok didepanku yang seolah-olah tersenyum mengejek sambil mengatakan ‘selamat menikmati, vent’
“sudah kubilang, aku tidak tau. Kenapa kau bertanya seperti itu?” dan akhirnya, aku memilih kalimat itu.
“kalau kau masih menyukaiku, aku akan berusaha untuk menunggumu. Aku akan mempertahankan mu dan tak akan mencari gadis lain diluar sana”
Hatiku kembali nyeri. Terdengar romantis? Iya. Tapi menurutku ini lebih seeperti beribu-ribu anak panah yang mengobjek satu benda. Ini menyakitkan.
**
...Balasan cinta yang sudah terlambat bagiku. Jika dulu bisa, kenapa harus sekarang? Disaat diriku dalam keadaan yang sulit. Ini hanya akan membuat hati yang sudah tertutup kembali terbuka. Membuat semua berakhir pada keraguan dan harapan yang menggantung. Disini, akulah pihak yang tersakiti...

Angin bertiup memainkan surai panjangku. Sore yang indah. Kugenggam erat ponselku. Menjalin hubungan dengan orang yang tidak sepenuhnya kitai cintai, bagaimana rasanya? Mengenaskan? Tidak! Karena saat ini aku sedang menjalaninya. Jika kau menebak orang itu adalah key, maka kau telah melakukan kesalahan besar.
Evin, anak asrama, kelas dua menengah keatas. Itu kekasihku. Dia anak baik. Apa kaubertanya bagaimana dengan key? Aku juga tidak tau. Dan janjinya yang ia ucapkan sepuluh bulan yang lalu, aku juga mulai tak yakin dengan itu. Sekarang kami sudah jarang berkomunikasi. Alih-alih menepatinya, ia malah menggantungnya sampai sekarang. Entahlah..
Sekarang saatnya aku memulai hiidup baru. Walau hati ini menyangkal-bagaimanapun, harapan itu tidak akan pernah hilang-aku sudah siap menerima resikonya.
Jika mencintaimu adalah sebuah kesalahan besar, maka lebih baik akan diam dan menungggu kapan janjimu benar-benar datang kepadaku.

Jika suatu saat nanti kau menepati janjimu, aku harap itu terakhir kalinya kau membuatku tersakiti. Dan jika kau mengingkarinya, aku harap langkah yang kuambil ini adalah langkah yang benar. Walau sebenarnya... salah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar